Memaknai Cinta dalam Keimanan dan Intensitas Sosial

Randugati.com - Salah satu ayat di dalam al-Quran berbunyi “Dan orang-orang yang beriman, adalah mereka yang intensitas cintanya kepada Allah tidak terhenti.” (Qs: Al-Baqarah, 165)

Ketika kita tarik beberapa poin dari ayat tersebut maka, ada kepercayaan (keimanan), cinta dan intensitas. Sebagai manusia, yang dibutuhkan dalam setiap kehidupannya adalah keberlangsungan dan intensitasnya.

Setiap pekerjaan pasti memiliki suka dukanya, begitu juga dalam konteks meraih cintaNya. Ibadah adalah bentuk utuh pengabdian kepada Tuhan. Sehingga, jika pekerjaan adalah bentuk ibadah kepada Tuhan dengan wujud tanggung jawab kepada pekerjaan dan keluarga, maka kita mendapatkan gelar pecinta.

Sumber Gambar : Pixabay

Mengapa? Karena dengan mengabdikan diri kepada Tuhan maka menjadi bentuk kecintaan kita kepada Tuhan, bentuknya bisa rasa syukur, sabar, ikhlas dan pasrah.

Oleh sebab itu, mencintai itu adalah kewajiban. Tinggal bentuk cintanya itulah yang perlu dipikirkan matang-matang.

Seorang Rumi, pernah merasa kehilangan kekasih, sampai-sampai ia mengurung dirinya di dalam kamar berbulan-bulan. Apakah ini kemudian menjadi pengingkaran terhadap Tuhan? Karena yang ia cintai adalah makhluk Tuhan.

Tentu tidak sekonyol itu kita menuduh Rumi. Baginya mencintai kekasih adalah mencintai sumber cintanya (Tuhan).

Sehingga ketika anda mencintai siapapun atau apapun, entah itu keluarga atau kekasih anda, atau pekerjaan anda, maka yang utama adalah bentuk cintanya itu adalah nilai dari mencintai Tuhan.

Tanggung jawab, istiqamah, sabar, ikhlas dan memiliki dedikasi tinggi adalah bentuk cinta yang hakikatnya adalah kepada Tuhan.

Anda memiliki hewan peliharaan misalanya, anda jaga, anda rawat dan tidak sama sekali anda telantarkan, maka itu menjadi bentuk cinta anda kepada Tuhan, karena menjaga makhluk yang juga diciptakan oleh Tuhan.

Intinya adalah tanggung jawab atas apa yang kita emban sekarang. Karena ketika kita beribadah kepada Tuhan, tetapi masih menyakiti keluarga, tetangga dan orang lain, maka akan gugur nilai pengabdian kita kepada Tuhan.

Jika kembali kepada ayat di atas, maka yang terpenting adalah intensitasnya, keberlangsungannya, kesadarannya, kepekaannya, dan mawas dirinya.

Karena dengan menjaga cinta kita kepada Tuhan dan sesama makhlukNya adalah bentuk intensitas cinta kita yang seutuhnya. Semoga kita selalu dijaga cintanya oleh Tuhan. 

Komentar