Ngudari Kemlekatan, Boruto dan Omnipoten



Semingguan terakhir ini saya kembali tertarik mengulik animasi naruto, setelah beberapa bulan – bahkan lebih, saya hampir tidak mengikuti perkembangan dan update Ukyo Kodachi dan Masashi Kishimoto tersebut. Otomatis alur cerita dan aktor-aktor baru dalam serial manga ini saya tidak ikuti. Tahu-tahu sudah masuk chapter baru yang mana Boruto bahkan masyarakat shinobi di desa daun mengalami omnipoten.

Boruto menjadi orang yang tertuduh membunuh Hokage Ke-7 yang juga ayahnya sendiri, yaitu Naruto. Jika melihat episode 275, itu semua adalah ulah Kawaki, anak angkat Naruto yang saking sayangnya kepada Naruto, tidak rela jika ia menjadi korban dari karma Boruto yang ditengarai oleh Momoshiki. Kawaki ingin membunuh Boruto yang menjadi wadah dari Momoshiki. Oleh sebab itu berbagai cara ia lakukan agar rencanya bisa tercapai.

Hal yang menarik adalah istilah omnipoten, bahwa masyarakat desa Konoha benar-benar menulis sejarahnya kembali dan melupakan ingatan yang lama, bahkan Boruto yang awalnya menjadi pahlawan dan dieluh-eluhkan kini berbalik posisi menjadi musuh bersama. Ini semua adalah ulah Kawaki melalui Aida, orang yang memiliki kemampua untuk mengaktifkan omnipoten.

Memang tidak ada yang mustahil di dunia ini, walupun hanya sebatas serial manga, tetapi sifat yang sebenanya menjadi sifat Tuhan, bisa saja menaungi manusia sebagai makhlukNya. Aida contohnya, ia memiliki kemampuan untuk merubah ingatan semua orang, bahkan menguasainya dengan mata bulan. Omnipoten adalah sifat kemahakuasaan, yang mana dalam pemahaman kita hanya Tuhanlah yang Maha Kuasa.

Masashi Kishimoto mencoba menyodorkan pandangan bahwa manusia pada dasarnya juga memiliki sifat Tuhan. Walaupun agak riskan kita menyebutnya, tetapi begitulah adanya. Bahkan sorang filsuf Ar-Razi menegaskan bahwa ada pancaran Tuhan di dalam diri manusia. Kasih dan sayang adalah sifat dari Tuhan, dan manusia juga memiliki sifat tersebut, walaupun seharusanya sifat itu menjadi bentuk perjalanan spiritual secara personal.

Bagaimana afirmasi seseorang bisa mempengaruhi proses perjalanannya. Ia akan menjadi apa yang diinginkan selagi ia berjalan di dalam track yang selaras. Oleh karanenya proses menjadi hal yang sangat berharga ketika menuai hasil. Hasil hanya menjadi sesuatu yang berharga ketika proses itu benar-benar mengilhampi apa yang ia lampaui.

Kita tentu tahu bagaimana falsafah ajining raga saka busana, ajining diri saka lati, bahwa kebijaksanaan yang tampak itu bisa disimbolisasikan dengan pakaian atau secara lisan ‘verbal’. Hal ini tentu berkaitan dengan moral. Omnipoten berlaku dalam setiap kehidupan, karena Tuhan adalah Sang Maha Penggerak. Kalau manusia ingin merubah apapun, maka berusahalah, karena dengan usaha itulah Tuhan memancarkan OmnipotenNya.

Kesuksesan yang diraih oleh seseorang adalah doa yang dikerjakan. Manusia berhak dan wajib meminta kepada Tuhan, tetapi juga wajib mengerjakan apa yang ia minta. Ini adalah pola-pola afirmatif, yang mana menjadi energi yang luar biasa sehingga mempengaruhi alam semesta, mempengaruhi gerak alam semesta. Naruto memiliki kekuatan yang disebut Senjutsu Sage Mode, atau mengumpulkan energi alam semesta yang dikombinasikan dengan chakra di dalam dirinya. Hal ini akan melahirkan kekuatan yang luar biasa.

Agaknya sikap afirmatif yang kerap kita lakukan adalah proses menuju moral equality yang berupa energi alam dan kepasarahan kita kepada Tuhan, sehingga menjadikan apa yang kita rasakan dan kita inginkan terwujud, baik dirasakan atau tanpa dirasakan, mak bedunduk terwujud. Apakah ini ada kaitannya dengan khusnudzan kepada Tuhan, lebih-lebih kepada gerak alam semesta ini, paling tidak kepada diri kita sendiri.

Dalam ruang-ruang filsafat kita kenal dengan basis epistimologis, yang mana ketika basis epistimologis ini bukan hanya bersifat matrealistik, untung rugi, kenyang lapar, senang dan sedih, tetapi kesadaran akan proses baik tunggal maupun kolektif, maka akan mempengaruhi pada basis ontologis dan aksiologisnya. Pendek kata kita akan menjadi manusia yang beriman dan menyatakan keimanan kita berupa moral sosial ketika landasan berpikirnya adalah kasih sayang, cinta dan kebijaksanaan.

Orang akan selamat dari berbagai mara bahaya ketika ada kehati-hatian dan kewaspadaan, begitu juga dengan kesadaran akan saling menyayangi antara satu dengan lainnya, saling menghargai dan menghormati antara perbedaan yang ada. Mencari solusi terbaik atas persoalan yang ada. Tidak menghilangkan atau meniadakan kepentingan bersama dengan memprioritaskan kepentingan personal.

Agaknya perjalanan Boruto setelah melihat dampak omnipoten dari Aida adalah menjadi manusia yang tidak mengunggulkan kepentingan dirinya sendiri, di atas kepentingan bersama. Inilah yang nantinya menjadikannya menyadari universalitas sosial dalam kehidupan, khususnya jalan ninja yang ia tempuh. Kemlekatan yang ada di dalam dirinya adalah wujud dari egoismenya, sehingga berpisah adalah jalan terbaik menuju kebersamaan yang selaras.

Komentar