Oleh: Sam Fajrul*
Saya benar-benar tidak ingin mengatakan bahwa kondisi jaman semakin memburuk. Seiring dengan kata “kemajuan” itu sendiri. Terlepas dari pandangan lama yang mengatakan, "Jamanku biyen gak rusak koyok ngene le!", dan afirmasi-afirmasi yang lain. Terbersit dalam batin saya kalau, "Nak jamanmu gak ono internet pak!"
Bagi saya, internet yang merupakan implementasi dari pusat informasi. Di mana internet semakin canggih, di situ kemajuan, dan jaman akan berubah.
Pusat informasi menjadi landasan di setiap tindakan yang nantinya akan dieksekusi oleh manusia. Sebelum mengetahui infomasi, yang dilakukan manusia hanyalah warisan leluhur. Dan – dengan diketahuinya informasi baru, di situ kemajuan tercipta. Bukankah penemuan baru muncul dari informasi yang telah ada sebelumnya?
Pada akhirnya yang ingin saya katakan ialah, "Kemampuan manusia untuk menangkap dan mengolah informasi kalah lesat daripada informasi-informasi itu sendiri". Maksudnya, manusia kini hanya diberi waktu lebih sedikit untuk memikirkan kembali daya guna dari informasi tersebut. Sehingga mengantarkan manusia menjadi makhluk ngenut mburi yang takluk akan kemahagunaan informasi. Bukan manusia yang mengendalikan informasi, namun sebaliknya, manusia yang dikendalikan.
Ini berkelanjutan terhadap pengetahuan manusia, karena pengetahuan juga merupakan suatu informasi tentang sesuatu. Artinya pengetahuan ialah bagian dari informasi yang lebih luas.
Hampir semua manusia mengingat bagaimana hukum gravitasi newton tercipta. Namun beberapa diantaranya tidak mengingat berapa lama newton merenungkan jatuhnya buah apel untuk diolah sebagai informasi baru, yakni informasi pengetahuan tentang gravitasi.
Bayangkan apabila newton hidup dizaman sekarang!, mungkinkah fisikawan sekaliber newton lebih memilih memikirkan jatuhnya buah apel daripada memikirkan informasi terkini apa saja yang tertangkap dalam ponselnya?. Jika benar newton lebih memilih jatuhnya buah apel, bukankah harusnya sampai sekarang akan terus ada fisikawan-fisikawan sehebat newton?
Namun begitu, sekalipun informasi berseliweran disana-sini tak terkendali, informasi juga beriktikad baik terhadap manusia dengan menghadirkan informasi baru tentang kecanggihan informasi itu sendiri, yaitu instan. Hampir semua hal bisa dikeruk secara instan, artinya, butuh waktu.
Lebih sedikit bagi manusia untuk menangkap dan mengolah informasi. Sekarang, tinggal manusianya yang tergelincir dalam jurang keterlenaan akan kemudahan yang serba instan atau tidak!
(*) Penulis adalah Mahasiswa Semester 1 di Fakultas Pendidikan STIT Ibnu Sina Malang, Ia juga Founder Group Penyetan.
Tulisan di atas sepenuhnya adalah pemikiran dari Penulis.
Komentar
Posting Komentar