4 Hal yang Berdampak Positif Terhadap Tumbuh Kembangnya Seorang Anak

Multaqo - Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Dengan artian seorang anak mewarisi pola sikap dan pola pikir orang tuanya. Tetapi hal ini lambat laun bergeser pemahamannya dengan munculnya pernyataan bahwa, "jika macan maka anaknya pasti juga macan, berbeda dengan manusia, yang justru berbeda dengan orang tuanya."

Mendidik seorang anak adalah kewajiban orang tua, pun guru jika di sekolah atau lembaga pendidikan yang lain. Yang menjadi keharusan adalah mengenali dan memahami setiap fase pertumbuhannya. 

Jika menggunakan pendekatan behaviorisme, yang mana kita mempercayai bahwa seorang anak memiliki potensi dan kemampuan sejak lahir. Memiliki gawan bayi, yang seharusnya tinggal memberi stimulus agar anak itu berkembang dengan baik. Maka sebagai orang tua hanya memberi ruang untuk mereka mengeksplorasi kemampuan tersebut. 

Lain halnya jika kita menganggap bahwa seorang anak ibarat kertas putih, dan tergantung siapa yang mengisi kertas putih tersebut, sehingga anak itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan gaya dan model pendidikan dan pendampingannya. 

Oleh karena itu, hal ini tergantung pada sudut pandang mana anda melihat anak atau peserta didik anda. Dalam sudut pandang psikologi islam, ada satu etika pendidikan dan pendampingan yang dapat memberikan dampak luar biasa terhadap anak, khususnya menumbuhkan kesadaran etika dan moralnya. 

Hal ini bisa dilakukan oleh orang tua kandungnya, orang tua asuh, bahkan pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Ada 4 hal yang berdampak positif terhadap tumbuh kembangnya seorang anak.  

Pertama, orang tua atau pendidik mencium ubun-ubun anaknya sejak dini, dalam istilah lain disebut dengan  muqaddamaturas. Hal ini sering dicontohkan oleh para guru di masa lalu, dengan tujuan agar doa itu tersampaikan kepada anaknya. Agar ia merasa bahwa ada perlindungan dan kepedulian dari orang tua, pun seorang guru. 

Hal ini bisa kita interpretasikan kepada kepedulian, memahami latar belakang pemikirannya, memahami kecenderungannya, sehingga kita sebagai orang tua dan seorang pendidik dapat mengarahkannya jika memang mereka terlalu jauh dari relnya. 

Multaqo.com


Jika diibaratkan sebuah layang-layang, maka kita harus tahu titik keseimbangannya, jika dirasa tidak imbang maka kita tambahi dengan sambungan bambu, atau membuat ekor untuk layang-layang tersebut. 

Kedua, Mencium dan mengusap keningnya, atau dikenal dengan al jabha. Tradisi Nabi dalam menunjukkan kebanggaannya kepada sahabat adalah dengan mencium keningnya, sampai dalam pendekatan tasawufpun demikian. 

Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai orang tua bangga terhadap anaknya, jika seorang guru maka ia bangga terhadap anak didiknya. Pada intinya adalah kepekaan personal yang justru memberi ruang percaya diri kepada seorang anak, agar ia memiliki keberanian dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.

Dengan kata lain, membuka cakrawala berpikirnya dengan menghargai serta menghormatinya. Karena dengan kepekaan itulah ibarat batu yang sangat keras akan berlobang jika tiap hari dihantam oleh lembutnya tetesan air. 

Ketiga, mencium kedua pipinya atau alkhodaini, ini menandakan bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya. Jika diinterpretasikan terhadap sebuah pendidikan maka, kasih sayang itu adalah sensitivitas orang tua atau kepekaan seorang guru terhadap anak dan peserta didiknya. 

Karena dengan kepekaan itulah kasih sayang akan muncul serta memicu seorang anak untuk selalu berpikir positif. Karena hanya dengan menanamkan kasih sayang, maka seorang anak yang membutuhkan perhatian, memiliki tempat untuk mereka mencurahkan kesedihannya, menguatkan mereka sehingga muncul kepercayaan dirinya. 

Dan yang keempat adalah mencium punggung dan telapak tangannya. Hal ini mungkin dianggap wagu, bahwa yang seharusnya mencium adalah anaknya terhadap orang tua atau guru. Hal ini memberi gambaran bahwa kita sebagai orang tua juga harus memberi kepercayaan kepada anaknya. 

Mereka memiliki potensi yang luar biasa sejak lahir, sehingga ketika mereka mengembangkan diri dan menemukan titik potensinya tugas orang tua adalah mempercayainya dan mendukungnya. 

Dari penjelasan tentang Ada 4 hal yang berdampak positif terhadap tumbuh kembangnya seorang anak di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tidak ada anak yang nakal, mereka hanya membutuhkan kepercayaan dan perhatian. Kepercayaan saat mereka mengaktualisasikan diri, dan perhatian saat mereka merasa sendiri dan tidak mendapat kasih sayang. 

Karen mau tidak mau, tugas orang tua dan guru adalah mengangkat derajatnya. Yang artinya adalah memberikan kepercayaan dan perhatian sehingga mereka memiliki pola pikir dan pola sikap positif dalam menjalani kehidupan di masa mendatang. 

Sehingga jangan pernah memiliki dan menekan anak agar menjadi apapun, karena jika mereka pada akhirnya tidak mejadi seperti yang kita bayangkan dan agankan, kita akan sedih dan mengutuknya. Padahal mereka memiliki jalan dan penempaannya sendiri, lagi-lagi tugas kita hanya mempercayainya dan mendampinginya.

Semoga anak-anak kita menjadi anak yang sholih sholihah.[]


Komentar