![]() |
Multaqo.com |
Multaqo - Kesehatan adalah nikmat yang tiada tandingnya dalam kehidupan ini. Banyak di antara kita yang justru kenikmatan sehatnya dikurangi bahkan sampai berobat ke seantero negeri, tapi tak kunjung diberi.
Satu pesan Tuhan dalam Al-Quran, fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?
Pada frase ini seperti menunjukkan bahwa tidak sedikit yang kufur nikmat. Yang masih mengeluh dan meminta lebih dari apa yang diberikan.
Memang sifat manusia yang selalu kurang, tapi alangkah baiknya jika menarik sedikit lebih mundur lalu melihat kenikmatan sehat yang dimilikinya. Tentunya tidak tergantikan oleh apapun.
Anda memiliki harta yang unlimited misalnya, tapi anda selalu berada di kursi roda, berbaring di rumah sakit, tidak bisa menikmati apa yang anda punya, maka seakan tak berguna harta anda.
Satu contoh ketika kita diberi kesempatan merasakan anosmia, hilangnya fungsi indera perasa dan pembau. Bagaimana rasanya? Makanan seenak apapun tidak ada rasanya, aroma parfum yang seperti apapun wanginya tidak terasa.
Artinya apa? Kita masih memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam mensyukuri nikmat Tuhan. Kita cenderung merasa bisa dan mampu. Merasa lebih dari siapapun. Sehingga untuk bersyukur saja terkadang enggan.
Kita tentu mafhum dengan ayat yang berbunyi, barang siapa bersyukur maka akan ditambah nikmatnya, barang siapa kufur maka sebaliknya.
Mensyukuri nikmat bukan ketika kita mendapat apa yang kita inginkan saja, tetapi ketika kita bisa menjalani prosesnya dan masih dalam kondisi kesehatan yang prima seharusnya rasa syukur itu semakin besar.
Oleh sebab itu, mari kita jadikan latihan untuk selalu bersyukur atas apa saja, atas nikmat yang diberikan Tuhan, khususnya kesehatan. Semoga anda selalu dalam limpahan nikmat dan berkah dariNya.[]
Komentar
Posting Komentar