Manusia dan Keinginan yang Tanpa Batas

Multaqo - Bahwa manusia itu tidak pernah merasa cukup, agaknya ini benar dan berlaku untuk siapapun. Setiap orang memiliki keinginan dan target pencapaian. Namun apakah memiliki kadar kecukupan? Agaknya hal ini perlu kita kaji ulang.

Perjalanan dalam kehidupan itu pasti memiliki lika-liku yang tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga target pencapaian dalam kehidupannya. 

Ada yang menginginkan menjadi presiden, ada yang menjadi DPR, pegawai kantoran, guru, pengusaha, petani dan lain sebagainya. Dalam setiap status sosial itu mereka memiliki capaian dan target dalam prosesnya. 

Target dan capaian itu sendiri menjadi legitimasi bahwa manusia itu terus bergerak. Survive adalah bentuk dari perlawanan manusia terhadap kemalasannya. 

Multaqo.com


Oleh karena itu wajar kalau setiap manusia memiliki capaian dan target yang diinginkan. Karena dengan begitu, manusia mencapai posisi survive dalam setiap proses kehidupannya. 

Hal ini disampaikan dalam sebuah hadist Nabi yang berbunyi, utlubul ilma walau bishin. Bahwa untuk mencari pengetahuan, survive, dan terus bergerak itu tak terbatas, kalau bisa sampai ke negeri Cina. 

Artinya, tidak ada batasan seseorang itu bergerak sampai manapun dan kapanpun. Begitu juga merasa cukup dalam dirinya. Maka wajar ketika manusia memiliki rasa selalu kurang dan kurang. Untuk merasa cukup ia harus benar-benar menarik ego dalam dirinya. 

Sedangkan menarik ego adalah proses yang perlu belajar dan usaha yang memerlukan nafas panjang. Baik kesadaran intelektualnya ataupun spiritualnya. Baik kesadaran yang bersifat pengetahuan ataupun kesadaran batin untuk merasa cukup dalam konteks apapun.

Tuhan tidak suka dengan hamba-nya yang berlebihan, karena itu bagian dari egosentris yang memiliki kecenderungan destruktif. Artinya kecenderungan yang terkadang justru merugikan dirinya sendiri pun orang lain. 

Oleh karena itu, perihal keinginan dan Target pun seharusnya tidak melewati batas. Karena jika dikembalikan kepada konsep pasrah, maka yang terpenting adalah usaha dan menyerahkan semua hasilnya kepada Tuhan. Oleh sebab itu berlajan mengikuti arus itu kadang memiliki potensi penyerahan diri kepada Tuhan, walaupun juga ada kalanya harus melawan arus.[]


Komentar