Mengerjakan Kejujuran Lebih Penting Daripada Hanya Mewacanakannya, Sebuah Refleksi dari Kisah Nabi Ya'kub dan Yusuf



Multaqo – Beberapa waktu lalu ketika kami sedang ngopi santai di kedai langganan, tiba-tiba datang seseorang dengan pakaian lusuh dan agak compang camping.

Ia duduk sambil melihat ke kanan dan kiri, lalu menekuk kepalanya ke bawah. Sesaat setelah itu, ia berkata bahwa, “Konon Nabi Ya'qub tidak mempercayai saudara-saudar Nabi Yusuf, yang terlalu pintar berbuai, mereka mengatakan kepada Ya’qub, wa Inna lahu lanashikhun.”

Bahwa kami juga menginginkan kebaikan (melindungi) baginya. Begitu kira-kira maksud dari potongan ayat yang dilontarkannya. 

Setelah berkata demikian, orang itu pergi. Tentu kami bingung, ini maunya apa? Maksudnya bagaimana? 

Tetapi, entah mengapa kami akhirnya mendiskusikan juga apa yang dikatakan oleh seorang tadi. 

Saudara atau teman adalah bentuk perluasan konektifitas yang menuntut untuk saling kenal walaupun hanya sebatas kenal, belum sampai pada peduli. 

Dalam sepenggal ayat di atas adalah mengisahkan ketika Nabi Yusuf hendak dibawa oleh saudara-saudaranya. Namun Nabi Ya'kub khawatir bahkan hampir tidak mempercayai anak-anaknya yang lain. 

Ketidakpercayaan itu muncul biasanya karena kita ingkar janji, atau pernah melakukan kesalahan fatal lainnya. Tetapi bagi Nabi Ya'kub buaian adalah salah satu bentuk dari kebohongan yang ditampakkan. 

Ada sebuah pernyataan bahwa anjing kecil lebih sering menggonggong ketimbang anjing yang besar. Hal ini dikaitkan dengan orang yang hanya pandai berbuai, berbohong dan lain sebagainya. 

Pada konteks ini kejujuran itu perlu dibuktikan bukan diutarakan. Perlu dikerjakan bukan diwacanakan. 

Oleh karenanya wajar ketika nabi Ya’kub menilai anak-anak yang lain, selain Yusuf, memiliki sifat iri dan memiliki maksud buruk kepada Yusuf.

Dari kalimat “Inna lahu lanashikhun” yang berarti kita sesungguhnya mengharapkan kebaikan juga atasnya. Tetapi justru ungkapan ini bernilai buaian di mata Nabi Ya'qub. 

Hal ini dibuktikan dengan Nabi Yusuf yang dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya. Artinya bagaimanapun konteks kejujuran dan ketulusan itu seyogyanya dikerjakan bukan semata diwacanakan. 

Karena dengan mengerjakan kejujuran secara langsung, maka akan berimbas pada kedamaian dan kebaikan sekitar.[]


Komentar