Sandaran Hidup

Multaqo - Dalam salah satu bait puisi Sang Sufi Maulana Jalaluddin Rumi berbunyi, “Dada tanpa Kekasih seperti badan tanpa kepala.” Ibarat ini jelas larinya adalah kepada Sang Esa. Tetapi Ada sebagian yang menginterpretasikan bahwa puisi ini ditujukan kepada kekasihnya, Syamsuddin.

Jauh dari pada itu, ada sebuah pemahaman yang bisa kita ambil, bahwa kehidupan pasti selalu membutuhkan sandaran. Sandaran itu tentu yang membuat kita nyaman, tenang dan menentramkan. 

Dalam konteks tauhid, kita bisa membaca sebuah keterangan bahwa, jika kita ingin tenang dalam hatinya, maka ingatlah selalu Tuhan dalam setiap langkahnya, karena dengan mengingatnya (berdzikir) maka akan tenang hatinya. 

Berbeda lagi dalam konteks keluarga dan sosial. Ini akan sangat beragam bentuk sandarannya. Istri akan bersandar pada suaminya, begitu juga sebaliknya. Anak akan bersandar pada orang tuanya. Murid akan bersandar pada gurunya, karena jelas Tut Wuri Handayani. Pengusaha akan bersandar pada kecemerlangan cara berpikir dan eksekusi bisnisnya. 

Artinya apa? Dalam setiap langkah yang kita ambil, tentu kita membutuhkan sandaran. Di samping menenangkan, sandaran itu jelas harus kokoh. 

Satu contoh misalnya, kita akan benar-benar menikmati pemberian Tuhan saat kita benar-benar mensyukuri Nikmat dariNya. Dengan kata lain, menyadari adanya prioritas Tuhan dalam setiap langkah kita adalah bentuk perjalanan dengan kekasih. 

Multaqo.com


Oke, sederhananya begini, ketika anda pergi bekerja dengan orientasi untuk membahagiakan keluarga, maka tidak ada rasa kesusu, bingung, khawatir dan lain sebagainya. 

Justru muncul rasa semangat yang beriringan dengan tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Walaupun perlu pembiasaan yang telaten. 

Mengapa? Kata orang Jawa, tresno Soko kulino, bahwa cinta itu bisa saja karena keseringan bersama, atau kontinuitas. 

Yang terpenting adalah menentukan sandaran, anda boleh memaknai tulisan itu tentang ketauhidan, atau jalan cinta anda dengan Tuhan. Atau tentang perjalanan dan proses kehidupan anda dalam ruang-ruang sosial. 

Karena menentukan sandaran itu tidak serta merta, butuh pengetahuan, butuh proses, butuh analisis dan ketepatan. Sehingga anda tidak mudah menyesal dan kecewa dengan sandaran anda.

Sederhananya, anda berhak memilih siapa atau apa untuk sandaran hati anda, tetapi ini bukan perihal memilik siapa dan apanya, tetapi ketepatan dan memilihnya itu yang menjadi poin utamanya.[]


Komentar