Gambaran tentang cinta sudah banyak dibahas oleh hampir semua orang dengan gagasan dan pandangan masing-masing.
Berikut adalah gambaran cinta menurut Ibnu Araby serta refleksi dan interpretasinya dalam kehidupan sosial.
شغل المحب عن الحبيب بحبه # هذا يعل وذاك ليس يعلل
لولا الخيل له وبر وصاله # اضحى بنيران الهوى يتحلل
Pertanyaan mendasar terhadap manusia adalah mengapa harus saling mencintai dan mengasihi satu dengan lainnya? Bahkan kelahiran dan kematian tidak lain karena ada rasa cinta itu sendiri.
Sederhananya kita hidup ini tidak lepas dari apa yang anda sebut dengan cinta. Orang tua bekerja untuk mencukupi kebutuhan anak-anak mereka tidak lain hanya karena cinta, bentuknya tanggung jawab.
Seorang suami bekerja untuk mencukupi kebutuhan istri pun demikian, karena cinta dan berupa tanggung jawab.
Seorang guru mengajar dengan maksimal bukan semata-mata pekerjaan dan pengabdian, melainkan karena cinta.
Pedagang di pasar juga demikian, mereka menjajakan dagangan dan saling tawar menawar bertransaksi, tidak lain karena cinta.
Artinya cinta itu mutlak, namun bentuknya yang berbeda-beda. Ketika seseorang bertanggung jawab dan konsisten atas apa yang dikerjakan, itu juga cinta.
Ketika seseorang memiliki sensitivitas terhadap apa yang ada di sekitarnya, itupun cinta. Dengan kata lain, cinta itu menaungi segala pola sikap dan pola pikir manusia.
Pola pikir dan pola sikap menentukan output moralnya. Karena cinta moral seseorang akan menjadikannya profesional dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dalam keluarganya, pun sadar akan posisi dan kondisinya.
Namun bukan berarti karena cinta ia justru akan baik-baik saja, ada juga yang tergelincir dan justru berbanding terbalik dengan moral pada umumnya. Koruptor misalnya.
Mereka sadar akan apa yang dikerjakannya adalah salah, tetapi mereka menutupinya dengan dasar cinta yang berlebih. Karena cinta yang berlebih inilah yang justru mengakibatkan ia tidak memiliki sensitivitas dan kesadaran.
Mengapa hubungan seseorang tiba-tiba kandas dengan kekasihnya? Padahal katanya saling cinta. Ada dua hal yang bisa kita lihat jika ada kasus demikian.
Pertama, apakah cinta yang dimaksud adalah apa yang dipikirkan dan diinginkan oleh kita, lalu dipaksakan ada dan terwujud pada pasangannya. Atau Kedua, mereka memaknai cinta sebagai wujud dari rasa suka dan rasa saling yang muncul dalam hati mereka.
Jika kita menggunakan pendekatan yang pertama maka, cinta hanya sebatas angan-angan dan pikiran kita semata. Dan jika pakai yang ke dua maka, ada posisi di mana seseorang memiliki kejenuhan dan zona nyamannya. Sehingga wajar ketika kejenuhannya muncul mereka akan keluar dari zona itu.
Lantas bagaimana seharusnya? Jika kembali kepada syair yang ada di atas, Ibnu Arabi berusaha menyampaikan bahwa;
“Tugas manusia adalah mencintai (dengan kesadaran) kekasihnya. Inilah alasan bahwa cinta itu adalah kesadaran bukan kebutaan. Seperti kuda dengan kendali, begitulah membunuh nafsu dan keinginan dalam hati.”
Dengan kata lain, cinta adalah keluasan kesadaran manusia, yang kemudian diejawantahkan ke dalam pola dan sikap sosial kehidupan.[]
Komentar
Posting Komentar